Sabung Ayam Dalam Budaya Indonesia - Bali, Toraja dan Jawa

Sabung Ayam, Adu Ayam, Laga Ayam

Adu ayam atau sabung ayam tidak saja bagian dari sejarah yang ada di Indonesia, sabung ayam juga bagian sejarah yang ada di Indonesia, di daratan cina sejarah sabung ayam sudah ada dari jaman dulu. Bahkan di Bangkok  ajang sabung ayam sudah menjadi komoditas ekspor ke luar negeri. Sabung ayam merupakan kegiatan yang tidak hanya sekadar permainan belaka di nusantara permainan sabung ayam merupakan sebuah cerita kehidupan baik social, budaya maupun politik.

Tradisi itu sendiri merupakan permainan mengadu dua ayam jantan yang memiliki taji, baik secara alami mau pun buatan dengan menggunakan bambu atau kayu diruncingkan, lengkap dengan logam runcing yang dipasang pada kedua kaki. Pertandingan dianggap berakhir setelah salah satu ayam jantan kalah.

Sejarah sabung ayam di negara Indonesia berbeda-beda untuk setiap daerah maupun kota yang ada di Indonesia.  Tradisi mengadu ayam di negara Indonesia ternyata telah berabad-abad, permainan ini perlu lebih dicermati lagi diantara perjudian dan juga ritual agama. Adu ayam pada awalnya merupakan suatu ritual pada acara keagamaan, tetapi perkembangannya pada saat ini tradisi tersebut malah menjadi sebuah bahan perjudian yang mempertaruhkan uang.

Di Filipina, permainan ini dikenal sebagai Sabong yang diadakan setiap minggu di cockpits. Anda juga akan menemukan kegiatan ilegal di daerah terbuka. Permainan yang diselenggarakan dengan pisau. Ada juga derby digelar. Dalam derby ini, pemilik ladang tetap jumlah ayam dan satu dengan jumlah yang paling menang mendapatkan jackpot.

Sabug Ayam Bali - Tajen

Tajen merupakan sebuah tradisi sabung ayam di Bali yang dilakukan dengan memasangkan taji, yaitu sebuah pisau kecil yang dipasangkan di kaki dua ayam jantan yang diadu sebagai senjata untuk membunuh lawannya. Tajen biasa dilakukan di pura-pura, arena laga ayam atau bahkan tempat-tempat wisata yang memang menyediakan arena sabung ayam dan tajen sebagai obyek wisata.

Acara Tajen atau adu ayam cukup dikenal dan digemari dikalangan masyarakat Bali, terutama oleh kaum prianya, walaupun jelas-jelas judi itu melanggar hukum, namun dibeberapa tempat sabung ayam ini masih berlangsung walaupun sembunyi-sembunyi untuk menghindari aparat. Sebagai daerah tujuan wisata dunia, kebiasaan masyarakat untuk menikmati Tajen ini, juga sering dinikmati oleh para wisatawan yang mungkin juga diarahkan oleh supir ataupun pemandu wisatanya untuk mengetahui tradisi tersebut.

Menurut sejarah, tajen dianggap sebagai sebuah proyeksi dari salah satu upacara yadnya di Bali yang bernama tabuh rah. Tabuh rah merupakan sebuah upacara suci yang dilangsungkan sebagai kelengkapan saat upacara macaru atau bhuta yadnya yang dilakukan pada saat tilem. Upacara tabuh rah biasanya dilakukan dalam bentuk adu ayam, sampai salah satu ayam meneteskan darah ke tanah. Darah yang menetes ke tanah dianggap sebagai yadnya yang dipersembahkan kepada bhuta, lalu pada akhirnya binatang yang dijadikan yadnya tersebut dipercaya akan naik tingkat pada reinkarnasi selanjutnya untuk menjadi binatang lain dengan derajat lebih tinggi atau manusia.

Sabug Ayam Toraja - Massaung Manuk

Massaung manuk adalah penamaan orang Bugis untuk sebuah permainan yang dalam bahasa Indonesia berarti “sabung ayam”. Massaung manuk dahulu hanya dilakukan para raja dan bangsawan Bugis pada pagi atau sore hari untuk memeriahkan pesta-pesta adat seperti: pelantikan raja, perkawinan, dan panen raya. Konon, permainan ini bermula dari kegemaran para raja yang sering mempertarungkan pemuda-pemuda di seluruh wilayah kerajaannya untuk mencari tubarani-tubarani (pahlawan) kerajaan yang akan dibawa ke medan pertempuran. Jadi, pada waktu itu yang disabung bukanlah ayam melainkan manusia. Namun, lama-kelamaan, mungkin karena semakin jarangnya terjadi peperangan antarkerajaan, pertarungan antarmanusia itu berubah menjadi pertarungan antarayam yang dinamakan massaung manuk.

Adu ayam di Toraja sudah dikenal jauh sebelum masuknya Kolonial Belanda pada tahun 1906 Masehi. Sabung ayam dalam budaya Toraja merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa bagi pihak-pihak berselisih tentang perkara apa saja yang mereka tidak bisa selesaikan sendiri. Laga ayam juga dilakukan sbg pemenuhan ritual kepercayaan (Aluk), yg mana bulu sayap ayam jantan diambil dan ditancapkan di “tuang-tuang” atau bentangan bambu-bambu kecil sbg simbol penolak bala pada acara “aluk rambu solo’ “. Istilah Adu ayam dalam peradilan masyarakat Toraja dikenal dengan “Si Londongan”.

Sabug Ayam Jawa - Sabung Manuk

Adu Ayam Jago atau biasa disebut sabung manuk merupakan permainan yang telah dilakukan masyarakat di kepulauan Nusantara sejak dahulu kala. Permainan ini merupakan perkelahian ayam jago yang memiliki taji dan terkadang taji ayam jago ditambahkan serta terbuat dari logam yang runcing. Permainan ini ternyata tidak hanya sebuah permainan hiburan semata bagi masyarakat, tetapi merupakan sebuah cerita kehidupan baik sosial, budaya maupun politik.

Laga Ayam adalah tradisi mengadu ayam jantan. Sabung ayam sudah menjadi tradisi di tiap kota di Indonesia karena memang tradisi ini sudah dikenal sejak zaman dulu. Sejarah laga ayam di Jawa berasal dari cerita rakyat yaitu Cindelaras. Raja Jenggala memutuskan untuk mengadu ayam sakti Cindelaras dengan ayam miliknya, jika dalam pertarungan itu ayam Cindelaras kalah maka dia harus di hukum pancung tetapi jika menang maka setengah kekayaan Raja Jenggala menjadi milik Cindelaras. Dalam pertarungan ayam tersebut ternyata ayam Cindelaras mampu mengalahkan ayam sang raja hanya dalam beberapa menit saja. Akhirnya Raja Jenggala mengakui kehebatan ayam Cindelaras dan mengakui bahwa dia adalah putranya yang lahir dari permaisurinya yang telah di asingkan karena rasa iri dari selir kerajaan.

Selain itu, ternyata ayam sabung juga berperan penting dalam pembentukan politik di tanah jawa ini, pasalnya dahulu kala kerajaan Singosari mengadakan sabung ayam dan dalam acara tersebut dilarang membawa senjata apapun juga salah satunya yaitu keris.

Sebenarnya hobi ayam aduan sudah lama di kenal di Indonesia, diperkirakan sejak lama dari zaman kerajaan majapahit. Bahkan dari dulu kita sering mendengar cerita-cerita yang didalamnya berisi tentang adu ayam, diantara cerita yang melegenda itu diantaranya, cerita Ciung Wanara, kamandaka dan cinderalas. Cerita rakyat itu berkaitan erat dengan kisah sejarah dan petuah yang di sampaikan secara turun-temurun.